Penyesuaian Diri Remaja
Penyesuaian diri merupakan salah
satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu.
Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam
hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan
kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak
jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan
oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh
tekanan. Sesuai dengan pengertiannya, maka tingkah laku manusia dapat
dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan
tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk
hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan
cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat
bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam
istilah Biologi) disebut dengan istilah adjusment.
Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari
titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff,
1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial,
kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah
juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri. Berdasarkan uraian
di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis
yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang
lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian
tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk
membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan
lingkungannya.
A.
Aspek-aspek Penyesuaian
Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek
yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua
aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1. Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa
kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi
dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya
rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau
tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak
adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas,
rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi,
kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai
akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh
lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian
terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus
melakukan penyesuaian diri.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut
terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari
proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan
sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk
mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam
bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian
sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat
individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut
mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga,
sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan
masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu
menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara
komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh
sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses
interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian
sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial
dengan cukup baik.
Proses berikutnya
yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk
mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat
biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau
nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.
Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah
dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari
pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
B. Pembentukan Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak
akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar
terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang
bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara
objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya
dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu
dengan lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap
dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan
tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan
dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan
kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam
keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti. Rasa dekat dengan
keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang
individu. Dalam praktiknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun
mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar
demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal
ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak
disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang
dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka
akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di
kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena
remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan
pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan
stres.
Berdasarkan
kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa
kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya ;
jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan
makan dan pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat
membuat anak tidak memiliki rasa aman. Lingkungan keluarga juga merupakan
lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui
permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman sehari-hari di
dalam keluarga.
Tidak diragukan
lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota keluarga yang
dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan
kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan
menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu
yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa
putus asa pada jiwa individu tersebut. Dalam
hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan
kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan
lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat
berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat,
seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa
ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa
aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.
2. Lingkungan
Teman Sebaya
Begitu pula dalam
kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan
semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang
sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada
teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran
dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya,
cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan
telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk
bersatu dengannya. Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan
membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat
membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan
dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu
akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan
mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian
diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
3. Lingkungan Sekolah
Sekolah
mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan
informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas.
Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan
sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama
dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan. Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk
mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai
dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan
merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang
diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual
individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode
yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru
sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan
atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan
seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan
anak-anak sekolah. Jika para remaja merasa bahwa mereka disayangi dan diterima
sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan
ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi.
Kelompok 4 softskill B.Indonesia
Elsa Halimah Noviana 19210486
Anistia Diantika 10210884
Tidak ada komentar:
Posting Komentar