Nama : Elsa Halimah Noviana
Kelas / NPM : 4EA12 / 19210486
Tugas : Softskill Etika Bisnis
Teori Etika Bisnis
Pengertian Etika
Berdasarkan Bahasa
Menurut
bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari
kebiasaan”. Etika adalah cabang utama
Etika bisnis memiliki
padanan kata yang bervariasi, yaitu (Bertens, 2000):
1. Bahasa Belanda > bedrijfsethiek (etika perusahaan).
2. Bahasa Jerman > Unternehmensethik (etika usaha).
3. Bahasa Inggris > corporate
ethics (etika korporasi).
A. Analisis
Arti Etika
Untuk menganalisis
arti-arti etika, dibedakan menjadi dua jenis etika (Bertens, 2000):
1.
Etika sebagai Praktis
a.
Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak
dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
b.
Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma
moral.
2.
Etika sebagai Refleksi
a.
Pemikiran moral, berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b.
Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai
objeknya.
c.
Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
d.
Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
B. Perkembangan
Etika Bisnis
Berikut perkembangan
etika bisnis menurut Bertens (2000):
1. Situasi Dahulu
Pada awal sejarah
filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: tahun 1960-an
ditandai
pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian
pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah
baru dalam kurikulum dengan nama Business
and Society. Topik yang
paling sering dibahas adalah corporate
social responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di AS: tahun
1970-an
sejumlah filsuf
mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan
etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang
sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun
1980-an
di Eropa Barat,
etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian.
Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis
yang disebut European
Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena Global:
tahun 1990-an
tidak terbatas lagi
pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah
didirikanInternational Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
C. Pengertian
Etika Bisnis
Etika
bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Dalam menciptakan
etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social
responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak
mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan
berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece,
Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya
antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan
main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa
memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis
yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan
perundang-undangan
D. Konsep Etika Bisnis
Konsep etika bisnis tercermin pada
corporate culture (budaya perusahaan). Menurut Kotler (1997) budaya perusahaan
merupakan karakter suatu perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita,
kepercayaan dan norma bersama yang dianut oleh jajaran perusahaan. Hal ini
dapat dilihat dari cara karyawannya berpakaian, berbicara,
melayani tamu dan pengaturan kantor.
Suatu perusahaan akan memiliki hak
hidup apabila perusahaan tersebut memiliki pasar, dan dikelola oleh orang-orang
yang ahli dan menyenangi pekerjaannya. Agar perusahaan tersebut mampu
melangsungkan hidupnya, ia dihadapkan pada masalah:
- intern,
misalnya masalah perburuhan
- Ekstern, misalnya konsumen dan persaingan
- Lingkungan, misalnya gangguan keamanan
Pada dasarnya ada 3 hal yang dapat
membantu perusahaan mengatasi masalah di atas yaitu:
- Perusahaan
tersebut harus dapat menemukan sesuatu yang baru.
- Mampu menemukan yang terbaik dan berbeda
- Tidak lebih jelek dari yang lain
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu memiliki nilai-nilai
yang tercermin pada:
-
Visi
-
Misi
-
Tujuan
·
Budaya
organisasi :
Pada budaya organisasi terdapat
unsur
1. Memecahkan masalah baik internal
maupun eksternal organisasi
2. Budaya tersebut dapat ditafsirkan
secara mendalam
3. Mempunyai persepsi yang sama
4. Pemikiran yang sama
5. Perasaan yang sama
·
Fungsi
dan Manfaat Budaya Perusahaan
- Fungsi
menentukan maksud dan tujuan
organisasi dengan fungsi tersebut organisasi akan mengikat anggotanya.
2. Manfaat
a.
mampu memecahkan masalah intern
b.
mampu memecahkan masalah ekstern
c.
mampu memiliki daya saing
d.
mampu hidup jangka panjang
Kunci Membangun Budaya Perusahaan
I.
Memahami
proses terbentuknya budaya perusahaan
1.
Alamiah
2.
Konseptual
sumber
budaya perusahaan adalah
a.
karakteristik pemimpin
b.
jenis pekerjaan
c.
cara memecahkan masalah
II. Memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perusahaan.
a.
Nilai
b.
Ideologi
c.
Norma
III. Langkah-langkah
membangun budaya perusahaan:
1.
menemukan masalah dalam organisasi
2.
menemukan opini yang berkembang
3.
menganalisis opini dari:
-
lingkup
-
pemunculan
-
kompetensi
-
mutu
-
kadar
4. Menentukan strategi
5.
Membuat program
6.
Merumuskan pesan yang dapat mengubah
-
opini negatif menjadi positif
-
opini positif menjadi lebih positif
7.
menciptakan opini baru yang positif tercermin pada:
(1)
individul image
(2)
unit image
(3)coorporate
IV. Budaya perusahaan dapat
dibagi menjadi:
a. Pertama : Produk
b. Kedua :
Organisasi
-
Perhatian pada karyawan (suasana, keejahteraan)
-
Perhatian pada tata kerja
-
Menyangkut pada sistem dan prosedur aturan-aturan kerja
-
Perhatian pada sarana/peralatan
·
Penerapan
Etika pada Organisasi Perusahaan
Dapatkan pengertian moral seperti
tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban diterapkan terhadap kelompok
seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai perilaku moral yang
nyata? Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini :
- Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena
aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan
bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang
disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan mereka
bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan
mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang
dilakukan manusia.
- Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak
masuk akal berpikir bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab
karena ia gagal mengikuti standar moral atau mengatakan bahwa organisasi
memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang
anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak
ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk
menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal
mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang
gagal bertindak secara moral.
·
Etika
Bisnis dan Perbedaan Budaya
Relativisme etis adalah teori bahwa
karena masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan etis yang berbeda. Apakah
tindakan secara moral benar atau salah, tergantung kepada pandangan masyarakat
itu. Dengan kata lain, relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada
standar etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau harus
diterapkan terhadap perusahaan atau orang dari semua masyarakat. Dalam
penalaran moral seseorang, dia harus selalu mengikuti standar moral yang
berlaku dalam masyarakat manapun dimana dia berada. Pandangan lain dari
kritikus relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moral tertentu
yang harus diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu akan
terus berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara efektif.
Relativisme etis mengingatkan kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki
keyakinan moral yang berbeda, dan kita hendaknya tidak secara sederhana
mengabaikan keyakinan moral kebudayaan lain ketika mereka tidak sesuai dengan
standar moral kita.
E. Jenis-jenis
masalah yang dihadapi dalam Etika
1. Sistematik
Masalah-masalah
sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai
sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis
beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan
korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam
perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang
moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan
individual sebagai keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan
individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu
tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas
keputusan, tindakan dan karakter individual.
F. Ciri-ciri Bisnis yang Beretika
Ciri Bisnis yang
BeretikaCiri-Ciri Bisnis yang beretika yaitu:
1. Tidak merugikan
siapapun
2. Tidak menyalahi aturan-aturan
dan norma yang ada
3. Tidak melanggar
hukum
4. Tidak menjelek-jelekan
saingan bisnis
5. Mempunyai surat
izin usaha
Pengertian
etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang
baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin,
berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut
budaya, susila, dan agama.
Etika merupakan filsafat / pemikiran kritis
dan rasional mengenal nilai dan norma moral yg menentukan dan terwujud dalam
sikap dan pada perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai
kelompok.(sebuah ilmu : pengejawantahan secara kritis ajaran moral yang
dipakai).
·
Mengapa Etika Bisnis Diperlukan ?
1. Para Pelaku Bisnis dituntut Profesional
2. Persaingan semakin tinggi
3. Kepuasan konsumen faktor utama
4. Perusahaan dapat dipercaya dalam jangka panjang
5. Mencegah jangan sampai dikenakan
sanksi-sanksi pemerintah pada akhirnya mengambil keputusan.
·
Sikap Bisnis Ditunjukan Dalam Hal
-Intergrity :
Bertindak jujur & benar
-Manner : Tidak
Egois
-Personality :
Kepribadian
-Aparance :
Penampilan
-Consideration :
Memahami sudut pandang lain dalam berfikir selama berbicara.
·
Etika Bisnis Dalam Penggunaan Hak Milik Intelektual
:
1. Hak Cipta :
Pencipta / penerima hak untuk mengumumkan ciptaannya.
2. Hak Paten :
Negara ; penemuan teknologi
3. Hak Merek :
Tanda , gambar, tulisan, pembeda barang & jasa.
Bisnis ; “Business” ; Kegiatan Usaha.
Bisnis ; Kegiatan yang bertujuan mengutamakan keuntungan
dengan memperhitungkan rugi laba, mengutamakan What I Have To Get , Not What I
have To Do.
·
Kegiatan Bisnis Di Kelompokan Dalam 3
Bidang :
1.Kegiatan Perdagangan : jual-beli
2.Bisnis dalam arti kegiatan industri
3.Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa.
Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti
mempraktikkan tata cara bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis
menyenangkan karena saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap
kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana
kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum — sebagai apresiasi yang
tulus dan terima kasih, tidak menyalah gunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas
tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain.
Dengan kata lain, etiket bisnis itu
memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai,
meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan.
Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai
etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial,
hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Jika aturan secara umum mengenai etika
mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka
setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan,
kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak
etis dan tidak bermoral.
Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri
untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan
kata lain, etika bisnis untuk mengontrol bisnis agar tidak tamak. Bahwa itu
bukan bagianku. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja,
termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih keuntungan, masih banyak perusahaan
yang melakukan berbagai pelanggaran moral.
Praktik curang ini bukan hanya merugikan
perusahaan lain, melainkan juga masyarakat dan negara. Praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN) tumbuh subur di banyak perusahaan.
Ketika ekonomi Indonesia tumbuh pesat dalam
sepuluh tahun terakhir, banyak pendatang baru di bisnis. Ada pedagang yang
menjadi bankir. Banyak juga pengusaha yang sangat ekspansif di luar kemampuan.
Mereka berlomba membangun usaha konglomerasi yang keluar dari bisnis intinya
tanpa disertai manajemen organisasi yang baik. Akibatnya, pada saat ekonomi
sulit banyak perusahaan yang bangkrut.
Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang
banyak, tetapi upaya untuk menegakan etik perlu digalakkan. Misalkan,
perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih kemenangan. Hubungan yang
tidak transparan dapat menimbulkan hubungan istimewa atau kolusi dan memberikan
peluang untuk korupsi.
Banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran,
terutama dalam kinerja keuangan perusahaan karena tidak lagi membudayakan etika
bisnis agar orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Sementara itu hampir
61.9% dari 21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak
lengkap menyampaikan laporan keuangannya (not avaliable).
Tingkat perhatian perusahaan terhadap
perilaku etis juga sangat menentukan karena dalam jangka panjang bila
perusahaan tidak concern terhadap perilaku etis maka
kelangsungan hidupnya akan terganggu dan akan berdampak pula pada kinerja
keuangannya.
Hal
ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan
semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Segala kompetensi,
keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya ditujukan sepenuhnya untuk
memenangkan kompetisi.
”Pelanggaran etika perusahaan terhadap pelanggannya di
Indonesia merupakan fenomena yang sudah sering terjadi. Contoh terakhir adalah
pada kasus Ajinomoto. Kehalalan Ajinomoto dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pada akhir Desember 2000 setelah ditemukan bahwa pengembangan bakteri
untuk proses fermentasi tetes tebu (molase), mengandung bactosoytone (nutrisi untuk pertumbuhan bakteri),
yang merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap biokatalisator porcine yang berasal dari pankreas babi,”.
Kasus lainnya, terjadi pada produk minuman
berenergi Kratingdeng yang sebagian produknya diduga mengandung nikotin lebih
dari batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Minuman. ”Oleh karena
itu perilaku etis perlu dibudayakan melalui proses internalisasi budaya secara top down agar perusahaan tetapsurvive dan dapat meningkatkan kinerja
keuangannya,”.
Pengaruh budaya organisasi dan orientasi
etika terhadap orientasi strategik secara simultan sebesar 65%. Secara parsial
pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika terhadap orientasi strategik
masing-masing sebesar 26,01% dan 32,49%. Hal ini mengindikasikan bahwa
komninasi penerapan etika dan budaya dapat meningkatkan pengaruh terhadap
orientasi strategik. ”Hendaknya perusahaan membudayakan etika bisnis agar
orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Salah satu persyaratan bagi
penerapan orientasi strategik yang inovatif, proaktif, dan berani dalam
mengambil risiko adalah budaya perusahaan yang mendukung,”.
Dari mana upaya penegakkan etika bisnis
dimulai? Etika bisnis paling gampang diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin
perusahaan memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan bagi karyawannya.
Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin
perusahaan seyogyanya bisa memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam
operasinya, perusahaan mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara
undang-undang.
Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada
aturan dan sangsi. Kalau semua tingkah laku salah dibiarkan, lama kelamaan akan
menjadi kebiasaan. Repotnya, norma yang salah ini akan menjadi budaya. Oleh
karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan sangsi untuk memberi
pelajaran kepada yang bersangkutan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan
budaya transparansi antara lain:
1.
Penegakkan budaya berani bertanggung jawab atas segala
tingkah lakunya. Individu yang mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik
institusi. Untuk menyatakan kebenaran kadang dianggap melawan arus, tetapi
sekarang harus ada keberanian baru untuk menyatakan pendapat.
2.
Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja
jelas. Bukan berdasarkan kedekatan dengan atasan, melainkan kinerja.
3.
Pengelolaan sumber daya manusia harus baik.
4.
Visi dan misi perusahaan jelas yang mencerminkan
tingkah laku organisasi.
Etika bisnis, selanjutnya
disingkat EB, merupakan etika khusus (terapan) yang pada awalnya berkembang di
Amerika Serikat. Sebagai cabang filsafat terapan, etika bisnis menyoroti
segi-segi moral perilaku manusia yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan
manajemen. Oleh karena itu, etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk
merumuskan dan menerapkan prinsip-prinsip etika dibidang hubungan ekonomi antar
manusia. Secara terperinci, Richard T.de George menyebut bahwa etika bisnis
menyangkut empat kegiatan sebagai berikut:
1.
Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis.
Berdasarkan prinsi-prinsip etika bisnis itu kita dapat menyoroti dan menilai
apakah suatu keputusan atau tindakan yang diambil dalam dunia bisnis secara
moral dapat dibenarkan atau tidak. Dengan demikian etik bisnis membantu pra
pelaku bisnis untuk mencari cara guna mencegah tindakan yang dinilai tidak
etis.
2.
Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan
prinsip-prinsip etika pada dunia bisnis, tetapi juga metaetika. Dalam hubungan
ini, etika bisnis mengkaji apakah perilaku yang dinilai etis pada individu juga
dapat berlaku pada organisais atau perusahaan bisnis. Selanjutnya etika bisnis
menyoroti apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau tidak.
3.
Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan –
pandangan mengenai bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas
sistem ekonomi pada umumnya dan sistem ekonomi publik pada khususnya, misalnya
masalah keadilan sosial, hak milik, dan persaingan.
4.
Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro,
seperti operasi perusahaan multinasional, jaringan konglomerat internasional,
dan lain- lain.
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran
moral para pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan
monkey business atau dirty business. Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis
mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik (etis) agar bisnis itu pantas
dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia
bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan
yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis,
dan oleh karenanya membawa serta tanggungjawab etis bagi pelakunya.
Etika Bisnis adalah seni dan disiplin dalam
menerapkan prinsip-prinsip etika untuk mengkaji dan memecahkan masalah-masalah
moral yang kompleks. (Weis) .
Etika Bisnis merupakan studi mengenai bagaimana norma moral personal diaplikasikan
ke dalam aktivitas dan tujuan perusahaan (Laura Nash).
G. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansi etika
bisnis ada baiknya jika kita tinjau lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup
etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis di
sini, yaitu:
1.
Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai
prinsip, kondisi, dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan
etis. Dengan kata lain, etika bisnis pertama-tama bertujuan untuk menghimbau
para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis secara baik dan etis.
2.
Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh, atau
karyawan dan masyarakatluas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan
hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa
pun juga. Pada tingkat ini, etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat
untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi
terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut. Etik bisnis mengajak
masyarakat luas, entah sebagai kartawan, konsumen, atau pemakai aset umum
lainnya yan gberkaitan dengan kegiatan bisnis, untuk sadar dan berjuang
menuntut haknya atau paling kurang agar hak dan kepentingannya tidak dirugikan
oleh kegiatan bisnis pihak mana pun.
3.
Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi
yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika
bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barang kali lebih tepat disebut
etika ekonomi. Dalam lingkup makro semacam ini, etika bisnis berbicara mengenai
monopoli, oligopoli, kolusi, dan praktek-praktek semacamnya yang akan
sangatmempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan juga baik
tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara.
H. Tingkatan Etika Bisnis
Weiss
(1995:9) mengutip pendapat Carroll( 1989) membahas lima tingkatan etika bisnis,
yaitu individual, organisasional, asosiasi, masyarakat, dan internasional.
1. Tingkat
individual, menyangkut apakah seseorang akan berbohong mengenai rekening
pengeluaran, mengatakan rekan sejawat sedang sakit karena tidak ada di tempat
kerja, menerima suap, mengikuti saran teman sekerja sekalipun melampaui
perintah atasan. Jika masalah etis hanya terbatas pada tanggung jawab
individual, maka seseorang harus memeriksa motif dan standar etikanya sebelum
mengambil keputusan.
2. Tingkat
organisasional, masalah etis muncul apabila seseorang atau kelompok orang
ditekan untuk mengabaikan atau memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh sejawat
demi kepentingan keharmonisan perusahaan atau jika seorang karyawan disuruh
melakukan perbuatan yang tidak sah demi keuntungan unit kerjanya.
3. Tingkat
asosiasi, seorang akuntan, penasihat,dokter, dan konsultan manajer harus
melihat anggaran dasar atau kode etik organisasi profresinya sebagai pedoman
sebelum ia memberikan saran pada kliennya.
4. Tingkat
masyarakat, hukum, norma, kebiasaan dan tradisi menentukan perbuatan yang dapat
diterima secara sah. Ketentuan ini tidak mesti berlaku sama di semua negara.
Oleh karena itu, kita perlu berkonsultasi dengan orang atu badan yang dapat
dipercaya sebelum melakukan kegiatan bisnis di negara lain.
5. Tingkat
internasional, masalah-msalah etis menjadi lebih rumit untuk dipecahkan karena
faktor nilai-nilai dan budaya, politik dan agama ikut berperan. Oleh karena
itu, konstitusi, hukum, dan kebiasaan perlu dipahami dengan baik sebelum
seesorang mengambil keputusan.
I. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Keraf
(1994:71-75) menyebutkan terdapat lima prinsip etika bisnis yaitu:
1. Prinsip
Otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan
kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom mengandaikan adanya kebebasan
mengambil keputusan dan bertindak menurut keputusan itu. Otonomi juga
mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam dunia bisnis, tanggung jawab
seseorang meliputi tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, pemilik perusahaan,
konsumen, pemerintah, dan masyarakat.
2. Prinsip
Kejujuran. Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau
kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam
perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis
melakukan penipuan.
3. Prinsip
Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik. Prinsip ini mengarahkan agar kita secara
aktif dan maksimal berbuat baik atau menguntungkan orang lain, dan apabila hal
itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang
lain atau mitra bisnis.
4. Prinsip
Keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi hak
seseorang di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.
5. Prinsip
Hormat Pada Diri Sendiri. Prinsip ini mengarahkan agar kita memperlakukan
seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan
orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.
Relativitas
Moral Dalam Bisnis Menurut De George, ada tiga pandangan umum yang dianut.
Pandangan pertama adalah norma etis berbeda antara 1 tempat dengan tempat
lainnya. Artinya perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku
di negara tempat perusahaan tersebut beroperasi. Yang menjadi persoalan adalah
anggapan bahwa tidak ada nilai dan norma moral yang bersifat universal yang
berlaku di semua negara dan masyarakat, bahwa nilai dan norma moral yang berlaku
di suatu negara berbeda dengan yang berlaku di negara lain. Oleh karena itu,
menurut pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar,
karena bagaimanapun mencuri, merampas, dan menipu dimanapun juga akan dikecam
dan dianggap tidak etis.
Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri
paling benar dalam arti tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa
pada dasarnya norma dan nilai moral berlaku universal, dan karena itu apa yang
dianggap benar di negara sendiri harus diberlakukan juga di negara lain (karena
anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun pasti berlaku dengan sendirinya).
Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa moralitas menyangkut baik buruknya
perilaku manusia sebagai manusia, oleh karena itu sejauh manusia adalah
manusia, dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap
berlaku.
Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak
ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
J.
Kendala-kendala
Etika Bisnis
Kendala-kendala
Pelaksanaan Etika Bisnis Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia
masih berhadapan dengan beberapa masalah dan kendala. Keraf (1993:81-83)
menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1. Standar
moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara pelaku bisnis
yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara untuk
memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan
campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi
laporan keuangan.
2. Banyak
perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini muncul
karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara
peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik
antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh
sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan
kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa
jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3. Situasi
politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak
yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi
ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan
peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang
sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku
jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi
pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen
untuk menegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN
beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani
penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat
terdapat sebuah badan independen yang berfungsi sebagai badan register
akreditasi perusahaan, yaitu American Society for Quality Control (ASQC)
K. Tujuan Bisnis
Antara
Keuntungan dan Etika Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan. Keuntungan
adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan
satu-satunya, sebagaimana dianut pandangan bisnis yang ideal. Dari sudut
pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral
keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena : Keuntungan memungkinkan
perusahaan bertahan dalam usaha bisnisnya.
Tanpa memeperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang
produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional.
Keuntungan
memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat menghidupi
karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang lebih baik.
Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru
demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan
mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis`dewasa ini.
Pertama,
dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis dituntut menjadi orang-orang
profesional di bidangnya. Kedua dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku
bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu
hal yang paling pokok untuk bisa untung dan bertahan dalam pasar penuh
persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa merebut dan mempertahankan
kepercayaan konsumen.
Ketiga, dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral
tak berpihak tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pemerintah
dijamin, para pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur
tangan pemerintah, yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya.
Slaah satu cara yang paling efektif adalah dengan menjalankan bisnisnya bisnisnya
secara secara baik dan etis yaitu dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa
tanpa secara sengaja merugikan hak dan kepentinga semua pihak yang terkait
dengan bisnisnya.
Keempat,
perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah
tenaga yang siap untuk eksploitasi demi mengeruk keuntunga yang
sebesar-besarnya. Justru sebaliknya, karyawan semakin dianggap sebagai subjek
utama dari bisnis suatu perusahaan yang sangat menentukan berhasil tidaknya,
bertahan tidaknya perusahaan tersebut.
Bismis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan
kata lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan
untuk dibicarakan. Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan
mencari keuntungan dan etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang
terbuka dan bebas, perusahaan yang menjalankan bisnisnya secara baik dan etis,
yaitu perusahaan yang memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang
terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
L. Mitos Bisnis Amoral
Pro
dan Kontra Etika dalam Bisnis Mitos bisnis amoral. Bisnis adalah bisnis. Bisnis
jangan dicampuradukkan dengan etika. Para pelaku bisnis adalah orang-orang yang
bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya berlaku dalam dunia pribadi mereka,
begitu mereka terjun dalam dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang
mempunyai kode etik tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang
sah yang diterima, maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu
praktik bisnis berlaku begitu umum di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap
semacam norma dan banyak orang yang akan merasa harus menyesuaikan diri dengan
norma itu. Dengan demikian, norma bisnis berbeda dari norma moral masyarakat
pada umumnya, sehingga pertimbangan moral tidak tepat diberlakukan untuk bisnis
dimana “sikap rakus adalah baik” (Ketut Rindjin, 2004:65).
Belakangan
pandangan diatas mendapat kritik yang tajam, terutama dari tokoh etika Amerika
Serikat, Richard T.de George. Ia mengemukakan alasan alasan tentang keniscayaan
etika bisnis sebagai berikut.
Pertama,
bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang
dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan
bukan hanya uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan seperti nama bai
kpengusaha, nasib karyawan, termasuk nasib-nasib orang lain pada umumnya.
Kedua,
bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktik bisnis mensyaratkan etika,
disamping hukum positif sebagai acuan standar dlaam pengambilan keputusan dan
kegiatan bisnis.
Ketiga, dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktik bisnis yang
berhasil adalah memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga ia
memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas produ atau jasa yang dibuatnya.
Alasan Meningkatnya
Perhatian Dunia Usaha Terhadap Etika Bisnis
·
Krisis publik tentang kepercayaan
·
Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
·
Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
·
Kekuatan kelompok pemerhati khusus
·
Peran media dan publisitas
·
Perubahan format organisasi dan etika perusahaan
Perubahan nilai-nilai masyarakat dan
tuntutan terhadap dunia bisnis mengakibatkan adanya kebutuhan yang makin
meningkat terhadap standar etika sebagai bagian dari kebijakan bisnis.
M.
Alokasi Sumber Daya Ekonomi
Mengingat sumber daya ekonomi bersifat langka, pengalokasiannya harus
memberi manfaat bagi manusia.
a. Sumber daya alam
Ada dua jenis sumber daya alam, yaitu sumber daya
alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Sumber daya alam dapat diperbarui tidak akan habis selama masih bisa
dikembangbiakkan. Contohnya tumbuhan dan hewan. Sementara itu, sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui terbentuk melalui proses alam selama jutaan tahun
sehingga tidak dapat diperbarui oleh manusia. Contohnya bahan tambang dan
minyak bumi.
Semua kekayaan alam yang tersedia tersebut harus
dimanfaatkan dan dikelola dengan baik sehingga memberi manfaat besar bagi
kemakmuran rakyat. Misalnya tanah dapat dimanfaatkan untuk mendirikan bangunan,
lahan pertanian, perkebunan, peternakan, dan perumahan. Cadangan mineral
seperti emas dan besi digunakan sebagai bahan baku industri. Batu bara dan
minyak bumi dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
Oleh karena sebagian sumber daya alam sifatnya
tidak dapat diperbarui, harus dimanfaatkan secara hemat dan efisien. Jika
tidak, bukan tidak mungkin akan terkuras dan akhirnya habis. Kelak, generasi
selanjutnya tidak lagi bisa menikmati kekayaan alam tersebut.
b. Sumber daya modal
Sumber daya modal atau kapital memberi kontribusi
bagi kegiatan produksi maupun pendukung sarana sosial dan ekonomi. Uang, mesin,
peralatan industri, gedung, kendaraan, jalan raya, dan jembatan merupakan contoh
modal. Modal ini digunakan untuk meningkatkan produksi dan pembangunan ekonomi.
Pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya modal
tersebut harus dilakukan secara merata dan efisien. Selain itu, sumber daya
modal juga harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Salah satu caranya dengan
merawat agar tahan lama.
c. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting
dalam proses produksi dan pembangunan. Hal tersebut karena manusia itu sendiri
adalah pelaksana utama dalam seluruh proses pembangunan maupun produksi. Dalam
proses produksi ada dua unsur dari sumber daya manusia, yaitu tenaga kerja dan
kewirausahaan.
Sumber daya manusia memanfaatkan kekuatan fisik,
keahlian, dan kepribadian manusia. Kekuatan fisik manusia tercermin dari
kesehatan dan kemampuan fisiknya. Manusia yang sehat dan kuat tentu dapat
bekerja dan belajar dengan baik. Selain fisik yang sehat dan kuat, keahlian
yang dimiliki seseorang juga menentukan kualitas sumber daya manusia. Sementara
itu, kepribadian ditentukan oleh sikap jujur dan keadilan seseorang.
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2177387-alokasi-sumber-daya-ekonomi/